Skip to main content

Tradisi Angpao dan Pekpao


Dalam budaya Tionghoa, kita memberikan sesuatu kepada orang lain dalam suasana atau situasi tertentu. Di antara pemberian tersebut, ada yang dikenal sebagai angpao (amplop merah) dan pekpao (amplop putih) yang berisi sejumlah uang.

Konon tradisi pemberian angpao dimulai sejak zaman dinasti Qin di Tiongkok. Awalnya pada perayaan tahun baru, para orang tua memberikan uang koin yang diikat benang merah kepada anak-anaknya sebagai simbol membagikan rezeki. Kemudian tradisi ini berkembang menjadi bingkisan ucapan selamat yang dibungkus atau diikat kain merah.

Warna merah menurut kebudayaan Tionghoa adalah simbol kebahagiaan sehingga sangat banyak dipakai pada suasana yang bahagia dan penuh harapan baik. Belakangan ini, pemberian dalam bentuk barang berkurang dan diganti dengan pemberian dalam bentuk uang tunai yang dikemas dengan amplop merah (angpao) yang diberi simbol-simbol tertentu sesuai dengan situasinya. Pada perayaan tahun baru, orang Tionghoa memberikan angpao berdesain simbol shio tahun tersebut atau juga huruf Fu sebagai lambang keberuntungan. Pada situasi perkawinan umumnya orang Tionghoa memberikan angpao bersimbol huruf shuang xi (double happiness).


Selain angpao, dalam budaya Tionghoa juga dikenal pekpao, yaitu pemberian uang tunai sebagai simbol belasungkawa atau turut berdukacita. Warna putih adalah simbol dukacita. Umumnya orang yang melayat pada peristiwa dukacita memberikan tanda belasungkawa kepada keluarga yang berduka, yang secara etis akan dibalas oleh keluarga yang berduka tersebut dengan memberikan seutas benang merah yang dahulu kala akan diikatkan pada salah satu kancing baju orang yang melayat. Zaman sekarang hal ini sudah jarang dilakukan dan diganti dengan pemberian kartu ucapan terima kasih yang diikat seutas benang merah atau sebutir permen atau manisan sebagai simbol rasa terima kasih dari keluarga yang berduka kepada orang yang melayat. Tradisi pemberian simbol terima kasih ini sering juga diartikan sebagai penangkal bala.

Dalam budaya Tao pemberian angpao juga dimengerti sebagai suatu bentuk apresiasi dan terima kasih kepada seseorang atas partisipasi dan bantuannya dalam melaksanakan kegiatan tertentu. Budaya berterima kasih merupakan budaya Tao yang sangat positif. Angpao adalah salah satu bentuk perwujudan rasa terima kasih. Sebagai umat Tao, kita mengerti bahwa hidup kita tidak lepas dari jasa orang lain. Selain itu, kita juga membutuhkan peranan orang lain untuk menciptakan kelancaran dan kesuksesan dalam suatu kegiatan. Oleh karena itu, umat Tao harus selalu menghargai semua bantuan orang lain dengan tulus.

sumber : ydpmti

Comments

Popular posts from this blog

Dupa atau Hio dan maknanya

Hampir semua orang Tionghoa tahu apa itu Dupa/Hio karena setiap ritual persembahyangan yang dilakukan selalu menggunakan benda yang satu ini. Bahkan pernah saya mengdengar seorang sesepuh berkata, “Kalau tidak mau memegang dan tidak tahan dengan bau Dupa/Hio janganlah jadi orang Tionghoa.” Namun tahukah anda makna yang tersirat dari penggunaan Hio didalam ritual persembahyangan tersebut. Berikut sedikit penjelasan tentang makna dari Hio, jenis-jenisnya, dan cara penggunaannya. Hio artinya harum. Yang dimaksud harum disini ialah Dupa, yaitu bahan pembakar yang dapat mengeluarkan asap berbau sedap/harum. Dupa yang dikenal pada jaman Nabi Khongcu (Kongzi) berwujud bubuk atau belahan kayu, misalnya : Tiem Hio (Cheng Xiang), Bok Hio (Mu Xiang)/Gaharu, Than Hio (Tan Siang)/Cendana dan lain-lain. Makna dan Kegunaan Membakar dupa/hio mangandung makna : – Jalan Suci itu berasal dari kesatuan hatiku. (Dao You Xin He) – Hatiku dibawa melalui keharuman dupa. (Xin Jia Xiang Chuan) Selain itu dupa j...

Dewa Rejeki / Cai Shen Ye (财神爷)

Cai Shen Ye (财神爷; Hokkien: Cai Sin Ya) adalah dewa kekayaan, harta, atau rezeki. Cai Shen sebetulnya ada dua yaitu:     Dewa Harta Sipil atau Wen Cai Shen [文财神]     Dewa Harta Militer atau Wu Cai Shen [武财神] Pada jaman Tiongkok kuno hanya ada 2 cara untuk memperoleh kedudukan dan kemakmuran hidup yaitu melalui Wen (Ilmu sastra) dan Wu (Ilmu Kesatria). Seseorang dapat menjadi menteri atau pejabat pemerintah kalau mahir ilmu satra (Wen), dan dapat menjadi jendral kalau mahir ilmu kungfu serta ilmu peperangan (Wu). Itulah sebabnya Dewa Cai Shen (Dewa Kekayaan) diangkat dari status Sastra (Wen) dan Kesatria (Wu). 1. Dewa Harta Sipil atau Wen Cai Shen [文财神] Yang dimaksud dengan Wen Cai Shen adalah Wen Chang Di Jun (Bun Jiang Te Kun-Hokkian). Wen Chang Di Jun menjelma ke dunia 17 kali dan semuanya sebagai pejabat tinggi yang berpangkat Shi Dai Fu. Ia suka menolong orang yang sedang dirundung kesusahan, memaafkan kesalahan dan sayang pada anak-anak yatim piatu. Wen Chang Di ...